Nah komik yang saya baca kemarin adalah seri ke 7. Dimana didalamnya diceritakan sang jagoan Chinmi frustasi karena dia tidak bisa mengalahkan Teiki yang berpostur tinggi besar dalam pertarungan tongkat. Sedangkan Riki yang matanya buta dan berpostur lebih kecil mampu mengalahkan Teiki dengan mudah sekali pukul. Riki mengatakan bahwa perbedaan dirinya dengan Chinmi saat bertanding lawan Teiki hanya dari cara bertarung.
Akhirnya Chinmi mencari tahu perbedaan cara bertarung dirinya dengan Riki dengan mencari jawabnya dari alam. Nah.. pelajaran apa yang di dapat Chinmi dari alam? bagi yang belum pernah membaca komiknya mungkin jadi penasaran. kalau begitu , izinkan saya melanjutkan ceritanya…
Ketika Chinmi berada di alam terbuka, tiba2 hujan badai besar melanda. Chinmi bertekad untuk terus bertahan ditengah badai itu walaupun dengan perasaan takut. Kemudian dilihatnya sebuah pohon besar dan kuat yang tumbang di depan matanya akibat angin besar itu. Tak lama berselang di lihatnya pula pohon-pohon bambu yang diterjang dengan angin badai yang sama. Yang mengherankan, bambu yang berukuran kecil itu mampu bertahan! Walaupun batangnya sudah sangat doyong diterpa angin badai itu tetapi bambu tidak patah!
Chinmi menemukan rahasianya, bambu itu bergerak lentur secara alamiah mengikuti arah angin dan tak menentang angin, sehingga ketika badai berlalu, sang bambu tetap kokoh berdiri tanpa kurang suatu apapun. Chinmi pun mengambil pelajaran dari itu, bahwa untuk menghadapi Teiki yang berbadan besar dan kuat adalah dengan bergerak mengikuti ayunan tongkat Teiki untuk kemudian menyerang balik saat keadaan memungkinkan.Kuncinya adalah jangan menentang serangan yang datang dan bertarunglah secara alamiah. Artinya, karakter bambu yang diserap Chinmi adalah lentur dan pandai menggempur.
Saya pun memetik hikmah dari komik yang saya baca ini, inspirasi yang bisa dijadikan bekal untuk kita menjalani kehidupan ini.
Bambu meskipun tumbuh tinggi, ia tidak akan patah sekalipun tertiup angin yang kencang. Ia akan tetap bertahan dengan kokohnya. Sama seperti kehidupan kita. Selama kita hidup di dunia ini pasti akan ada masalah yang menghadang, berat maupun ringan, sedikit ataupun banyak. Apa yang kita lakukan ketika berhadapan dengan hal tersebut? Menghadapinya dengan tabah dan berusaha mencari jalan pemecahan terbaik atau justru lari menghindar? Satu hal yang mesti selalu kita ingat; seberat apapun masalah yang kita hadapi tidak akan pernah melebihi kuasaNya. Masalah adalah ujian yang diberikanNya untuk semakin memurnikan kehidupan kita.
Bagaimana kita bisa memiliki karakter seperti bambu? Tentunya kita harus mengetahui juga bagaimana bambu bisa seperti itu :
Dalam tahun pertama benih bambu itu ditanam, disiram dan dirawat dengan baik -- pertumbuhanya tetap tidak berubah. Kemudian pada tahun kedua, walaupun dengan pemupukan ekstra, pohon bambu ini belum juga tumbuh. Dalam tahun ketiga, tetap, tidak ada yang tumbuh dari benih bambu itu. Begitu juga dengan tahun ke empat!
Kemudian, menjelang tahun kelima...
Pada tahun kelima benih pohon bambu akhirnya bertunas dan tumbuh sampai tinggi lebih dari delapan meter hanya dalam satu musim!
Apakah pohon kecil tersebut bersembunyi dan tertidur selama empat musim hanya untuk tumbuh dengan pesat di musim kelima? Ternyata selama empat tahun di dalam tanah ia mengembangkan suatu sistem supaya akarnya cukup kuat untuk mendukung potensi pertumbuhan yang sangat cepat di tahun kelima dan selanjutnya.
Seandainya pohon tidak berkembang dari dasar sebagai pondasi yang kuat, dia tidak akan bisa mendukung pertumbuhan pohon bambu yang tinggi, kuat dan lentur.
Hal yang sama berlaku bagi kita dan buat anak-anak kita.
Para orang tua yang dengan sabar mendidik anak-anak mereka dengan aqidah dan akhlaq (moral) akan menumbuhkan pondasi yang kuat pada internal diri mereka dan membantu membangun karakter yang kuat bagi mereka dalam mengatasi kesulitan dan rintangan di masa depan..
Merenung sambil tersenyum..
0 komentar:
Posting Komentar